Selasa, 25 Januari 2011

Penanaman Padi Sistem Jajar Legowo

Banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas pertanian, salah satunya dengan penanaman padi dengan sistem jajar legowo. Sistem jajar legowo merupakan penanaman padi yang diatur sedemikian rupa dengan lorong atau ruang terbuka yang cukup lebar. Penanaman padi dengan sistem jajar legowo dapat dijumpai di desa-desa se wilayah  Kecamatan Pajarakan.

Koordinator PPL Kecamatan Pajarakan Anik Rachmawati mengatakan penaman padi sistem jajar legowo ini memiliki beberapa tujuan. Yaitu, seolah-olah tanaman berada dipinggir pematang, memudahkan dalam pemeliharaan, dapat dijadikan sebagai mina padi, kompetisi antar tanaman lebih sedikit dan memperbaiki agroklimat lahan setempat.

“Penanaman padi sistem jajar legowo ini merupakan salah satu terobosan baru untuk meningkatkan produktivitas pertanian, utamanya padi. Sebab jika produktivitas pertanian tinggi, maka ketahanan pangan akan dapat terjaga,” ujar Anik Rachmawati.

Sementara Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Probolinggo Hasyim Ashari mengatakan metode penanaman padi dengan sistem jajar legowo ini merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian. Ketahanan pangan wilayah tidak hanya terletak kepada ketersediaan pangan saja, akan tetapi juga adanya kemampuan masyarakat dalam membeli bahan pangan.

“Salah satu kunci keberhasilan meningkatkan produktivitas pertanian dapat ditempuh melalui penggunaan benih unggul, jarak tanam jajar legowo, dan tambahan nutrisi suplemen kepada tanaman. Kita akan terus memberi motivasi kepada PPL untuk terus mengembangkan ide kreatifnya. Langkah ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan, terutama di daerah yang rawan pangan,” ujar Hasyim Ashari.

Achmad salah satu petani setempat yang lahannya ditanami padi sistem jajar legowo mengatakan dengan penanaman padi sistem jajar legowo ini, pendapatan keluarganya semakin meningkat. Selain itu, dia mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain untuk ikut merawat tanaman padinya. “Penanaman padi dengan sistem jajar legowo perlu untuk lebih ditingkatkan lagi. Sebab produktivitas pertanian yang dihasilkan ternyata cukup menjanjikan,” ujar Achmad.

Menurut Achmad, langkah pertama yang harus diperhatikan dalam menanam padi dengan metode ini adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah ini bertujuan untuk menggemburkan dan memperbaiki struktur tanah serta membuang gulma-gulma. Langkah selanjutnya adalah pemilihan benih yang bermutu.

“Sebelum ditanam, maka terlebih dahulu benih disemai pada lahan yang telah disiapkan. Benih yang akan disemai terlebih dahulu direndam selama 24 jam. Selanjutnya benih tersebut diperam selama 24 jam. Baru setelah itu benih disebar dipersemaian. Setelah berumur 30 hari, baru benih yang telah disemai dipindahkan dan siap untuk ditanam,” terang Achmad.

Lebih lanjut Achmad menjelaskan, benih ditanam dengan jarak lebar lorongan 35 cm, 20 cm dan 35 cm. Sedangkan panjangnya ditanam dengan jarak 12,5 cm. Pengaturan jarak tanam sangat erat hubungannya dengan tingkat kesuburan tanah dan jenis varietas yang akan ditanam. “Jarak tanam ini sangat menentukan tingkat produktivitas pertanian saat panen,” jelas Achmad.

Dalam penanaman padi dengan sistem jajar legowo ini, pemupukan harus diperhatikan dengan baik. Tanaman harus dipupuk pada waktu tanam. Selanjutnya pemupukan dilakukan saat tanaman berumur 10 hari, 21 hari dan 35 hari. “Pemupukan berimbang dimaksudkan untuk menambah penyediaan unsur hara, sehingga mencukupi kebutuhan tanaman akan unsur hara untuk tumbuh/berkembang dan berproduksi dengan baik,” lanjut Achmad.

Hal lain yang harus diperhatikan adalah pengairan. Pengaturan tata guna air ditingkat usaha tani tanaman padi sebaiknya menggunakan metoda irigasi berselang. Irigasi dilakukan dengan cara mangatur waktu pemberian air dan waktu pengeringan. “Saat berumur 95 hari, padi sudah dapat dipanen. Setelah padi dipanen harus dihindari penumpukan padi disawah sampai beberapa hari untuk menekan kehilangan hasil dan kerusakan gabah,” tambah Achmad.

Secara analisis Achmad menerangkan, untuk satu hektar lahan dibutuhkan total biaya sebesar Rp. 7,5 juta. Biaya tersebut sudah termasuk dengan sewa tanah. Setelah panen akan diperoleh hasil sebesar Rp. 25 juta. Sehingga dalam satu hektar diperoleh laba Rp. 17,5 juta.

“Jika dihitung nilai produktivitas pertaniannya akan diperoleh sebesar 10 ton. Dibandingkan dengan penanaman sistem biasa, penerapan metode ini mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan meningkatkan ketahanan pangan,” pungkas Achmad.(Anik Rachmawati,SP.MMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar