Selasa, 25 Januari 2011

Budidaya Ternak Itik Tingkatkan Pendapatan


Masyarakat awam akan cenderung meremehkan potensi dari itik. Betapa tidak, itik sangat identik dengan air, lumpur, kotoran dan bau. Hal ini tentunya sudah menjadi pandangan umum yang melekat pada itik. Sebagian besar masyarakat belum tahu jika beternak itik dapat mendatangkan nilai ekonomis yang sangat tinggi. Dengan berat yang sama, harga itik lebih mahal dari pada jenis unggas lainnya.
Salah satu masyarakat yang beternak itik dapat kita jumpai di Kecamatan Pajarakan di bawah binaan (Balai Penyuluh Pertanian) BPP Pajarakan. Di daerah ini ada 2 kelompok kegiatan ternak itik, yaitu Kelompok Tani “Rukun Jaya” di Desa Karanggeger dan Kelompok Tani “Tani Makmur” di Desa Karangpranti.

Sebagai bentuk perhatian sekaligus memberikan motivasi kepada para peternak itik, Kamis (22/4) Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Probolinggo Suroso bersama Wakil Ketua DPRD H. Wahid Nurrahman melakukan kunjungan kerja ke dua lokasi ternak itik tersebut. Turut serta dalam kunjungan tersebut Koordinator BPP Pajarakan Anik Rachmawati dan seluruh PPL Pendamping se Kecamatan Pajarakan.

Disamping melihat dari dekat kegiatan ternak itik ini, kunjungan ini juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan sekaligus pemasaran dan kendala-kendala yang dihadapi oleh peternak itik.

Kepala BKP3 Kabupaten Probolinggo Suroso mengatakan saat ini kebutuhan telur ayam sangat terbatas. Budidaya ternak itik ini merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kekurangan kebutuhan telur tersebut. Langkah ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan yang harus kita lestarikan.

“Ketahanan pangan itu harus tercukupi mulai dari jumlah, mutu, aman, merata, terjangkau dan berdaya beli. Ternak itik ini merupakan salah satu upaya mengurangi pengangguran. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mempunyai kemampuan dalam membeli bahan pangan,” ujar Suroso.

 Menurut Suroso, telur merupakan sumber protein yang mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi. Penyediaan telur itik ini diharapkan mampu memenuhi ketersediaan telur ayam yang sangat terbatas. “Semoga kegiatan ternak itik ini baik dan dapat diajukan untuk memperoleh bantuan cadangan pangan dari tingkat I,” harap Suroso.

Sementara Wakil Ketua DPRD Wahid Nurrahman mengatakan ternak itik ini merupakan hal baru dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Dimana masyarakat memanfaatkan waktu dan lahan pekarangan untuk beternak itik. Menurutnya, DPRD akan berupaya untuk berkoordinasi dengan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dalam mencarikan permodalan dengan bunga yang sangat kecil. Sehingga peternak itik tidak kesulitan dalam mencari modal sebagai upaya pengembangan usaha.

“Saya harapkan kegiatan ini dapat dikembangkan di daerah lain. Terobosan ini sangat baik sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat,” ujar Wahid Nurrahman.

Sedangkan Koordinator BPP Pajarakan Anik Rachmawati mengatakan ternak itik yang dibudidayakan Kelompok Tani “Rukun Jaya” di Desa Karanggeger merupakan ternak itik  dengan system pembesaran (angon). Jumlah peternak ini mencapai 10 orang dengan jumlah itik berkisar 1.300 ekor. Untuk menghindari tingginya biaya pakan pada program pembesaran itik petelur ini, peternak melakukan sistem pembesaran berpindah yang diselaraskan dengan siklus pertanian padi.

“Mereka memanfaatkan jeda waktu antara musim panen dengan musim tanam padi untuk memelihara itik-itik muda itu di sawah. Selain memakan ceceran padi, itik-itik ini juga memakan pakan alami yang disediakan alam seperti cacing, katak, keong, serangga air, belalang dan lain sebagainya,” ujar Anik.

Pemeliharaan itik yang dilakukan oleh kelompok ini dimulai dari Meri “Ngrebung” umur 1,5 bulan ke “Bayah” umur 4,5 bulan dengan system angon. Meri ngrebung ini dibeli seharga Rp. 15 ribu per ekor. Setelah berumur 4,5 bulan, meri bayah dapat dijual seharga Rp. 30 ribu per ekor. Sehingga laba yang diperoleh per ekornya mencapai Rp. 15 ribu.

“Ada satu trik saat menjual bayah yaitu menjual bayah ketika itik sudah mulai bertelur. Penjualan itik dalam usia tersebut akan menambah harga jual yang lebih tinggi. Petani bisa menaikkan harga sampai Rp. 500,- per ekor. Bisa dibayangkan jika bayah yang dijual per minggu mencapai 100 ekor,” lanjut Anik.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Kelompok Tani “Tani Makmur” di Desa Karangpranti. Jumlah itik petelur yang dipelihara anggota kelompok ini mencapai 1.200 ekor. Biaya dalam pemeliharaan itik petelur diperlukan untuk pembelian baya (itik siap telur) dan pakan yang terdiri dari kosentrat maupun dedak katul. Pemberian pakan untuk 1 ekor  4 ons katul senilai Rp. 60,- dan kosentrat 1 ons senilai Rp. 67,- yang diberikan 2 x sehari. Dari jumlah itik yang ada, rata-rata tiap hari itik mampu bertelur 60 hingga 70 %.

“Untuk meningkatkan nilai tambah peternak itik petelur, kelompok ini menjual telur yang sudah diolah menjadi telur asin. Sehingga peternak mendapat nilai jual tambah dari Rp, 800,-/butir menjadi Rp. 1.100,-/butir. Pemasaran telur asin ini baru bisa memenuhi kebutuhan lokal dalam Kabupaten Probolinggo,” jelas Anik. (Anik Rachmawati,SP,MMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar